Tuesday, February 10, 2015

Engkau bukan lagi "merpatiku yang tak pernah ingkar janji"

Air mata ini serasa tak berarti lagi. Hanyalah air bening yang tak bermakna setiap kali ia jatuh. Rasa ku telah mati. Hatiku telah beku. Hariku melayang percuma. Same old stories. Aku muak dengan semuanya. Begitu susah untuk bangkit dan berdiri lagi. Engkau yang dulu selalu menjadi merpatiku yang tak pernah ingkar janji, sekarang berubah menjadi seekor anjing yang hanya mengincar tulang semata. 

Disaat aku butuh dukungan untuk menyelesaikan PhD dan menjadi pembicara di International confrence di Jepang, engkau menikam aku dari bekalang, sembari tertawa melihatku yang tengah merenggang nyawa akibat tikaman itu. Tak sedikitpun engkau bertingkah layaknya ksatria berkuda putih yang menyelamatkan sang putri. Semua berubah total. Aku tak lagi bisa mempercayaimu seperti kala itu. Tak ada lagi perasaan tenang yang selalu aku rasakan setiap kali aku bersamamu menyelesaikan masalah yang kita hadapi berdua. Hambar. Jajanan kita sudah basi karena rasa yang tak nikmat lagi. 

Merpatiku selalu ingkar janji......



Friday, February 06, 2015

Pergi juga!

Hari yang melelahkan! Kemaren aku sibuk mengobrak-abrik website untuk the Sixth Asian confrence on Art and humanistic yang bakalan berlangsung di Osaka Jepang tanggal 2 hingga 5 April 2015 oleh IAFOR. Gila! Dana yang aku punya dari School Of communication,  international studies and languages Universitasku sekitar AUD$ 2,400 untuk 3 tahun PhD candidacyku. Sayang nya kemaren aku baru register dan booking accomodation, namun dana yang aku habiskan telah nyaris setengah dana yang akan diberikan😭


Whoaaaa.... Masih harus menunggu kabar dari Travel team Uni untuk airfare, pun aku harus mengurus visa Jepang😭 bakalan tekor deh kayaknya. Padahal aku juga harus fokus ke revisi😭 

Beri kekuatan hambamu ini ya Allah🙏 Baiklah, aku harus siap-siap ke uni dulu.
See you soon!

Tuesday, February 03, 2015

That day is finally here

Sudah berulang kali ini terjadi. Namun aku tak pernah merasa bosan, justru aku menikmati pengulangan itu. Sayangnya, hari ini waktu itu pun tiba. Tak bisa ditolak tak bisa dielakkan lagi. 

Perpisahan sepertinya enggan beranjak dari fokus hidupku. Disaat sehari menjelang hari kelahiranku, aku harus mengalami kehilangan lagi. Lima tahun lalu mama berpulang ke pangkuan sang Illahi tepat di hari ulang tahunku. Saat itu aku berfikir tak akan pernah merasakan kebahagiaan dan tak memiliki hak untuk menikmati keceriaan karena rasa kehilangan yang teramat sangat. 

Keluargaku memang bukan keluarga yang suka merayakan hari ulang tahun besar-besaran, tapi kami selalu menganggap hari ulang tahun sebagai suatu momen yang teramat spesial. Hari ulang tahun adalah hari dimana kita memperingati tonggak bersejarah hidup kita. Mengenang kembali napak tilas hidup kita di bumi.

Bertahun-tahun sejak kematian mama yang tepat di hari bahagiaku membuat aku enggan mengenang hari spesial ku. Ku fikir hari kehilangan seseorang yang begitu berarti dihidupku hanya akan terjadi satu kali itu saja. Setidaknya aku bahagia mengetahui hal tersebut bahwa aku tak akan merasa kehilangan lagi. Sayangnya hal tersebut hanyalah sebuah salah kaprah hidup yang Tuhan tiupkan ke jiwaku agar aku bisa tegar. 

Setelah aku sanggup bangkit dari keterpurukan karena kehilangan sosok mama yang begitu teramat hebat buatku, kali ini aku pun harus mengecap pahitnya kehilangan yang sama. Lucunya kehilangan yang sama akan sosok yang begitu khusus di hari yang khusus. 

Yah sekali lagi aku harus berdarah menikmati sandiwara dunia yang aku lakoni bersutradarakan Sang maha Khalik. Engkau pergi! Yah... Engkau pergi meninggalkanku tepat di hari ulang tahunku. Momen yang begitu ingin aku lewati bersamamu saja. Hanya bersamamu. 

Aku tau engkau pergi atas nama cinta yang tak bisa engkau raih. Tapi apakah kau tau kalau aku pun tak bisa meraih cintaku? Mengapa engkau berfikir bahwa hanya engkaukah yang tak sanggup menggapai cintamu? Mengapa engkau tak bisa melihat ataupun merasa bahwa aku tak jauh lebih beruntung dari pada dirimu? 

Aku paham akan semua keputusanmu, tapi mengapa engkau harus pergi tepat di hari ulang tahunku? Hari yang begitu ingin coba aku lupakan karena kematian mama? Kenapa kau pilih hari yang aku coba cintai untuk bangkit demi orang yang aku cintai untuk hari dimana engkau meninggalkanku? Bukankah engkau salah satu orang yang aku cintai? Dan tanpa ragu engkaupun tau itu. Kenapa kau memilih hari ulang tahunku? Kenapa engkau memilih bulan Februari? Bulan yang begitu indah buat mereka sang pencinta? Bulan kasih sayang?! 

Tak pantaskah aku bahagia di bulan kasih sayang? Aku tau sederet cerita barat tentang bulan kasih sayang yang bahkan aku sendiripun tak tau apakah mereka nyata ataukah hanya sebuah mitologi semata. Namun setidaknya engkaupun tau jika semua orang berhak bahagia. Kenapa aku tidak? 

Mungkin engkau tak sejauh itu berfikir tentang semua. Namun aku adalah orang yang berbeda darimu. Aku menganggap bulan Februari sebagai bulan yang sakral. Kenapa tak bisa engkau melihat hatiku?

Lucu, aku merasa tulisan ini sebagai sebuah gugatan cinta kepadamu. Tapi apa benar aku pantas untuk menggugat keputusanmu setelah aku menyakitimu? Bahkan pertanyaan paling klise pun, benarkah cinta itu nyata adanya? Aku khawatir semua ini justru akan menjadikan aku lebih tak percaya akan keberadaan cinta. Aku semakin membenci hari ulang tahunku.

Selamat jalan. Engkau akan selalu nyata di dalam hatiku, walau cinta kita mungkin tak nyata. Selamat berbahagia tanpa tekanan dariku lagi jika memang selama ini aku selalu menekanmu. Selamat menata masa depan. Doaku selalu menyertai. Semoga kebencianmu padaku memudar seiring waktu. Semoga engkau akan paham makna dibalik penolakan ku. 

Rindu ku selalu ada buat kamu.