Tuesday, June 30, 2015

Muslim Indonesia Vs Muslim di Indonesia

Sekedar berbagi, saya setuju dengan "Islam di Indonesia" dan agak takut setiap kali mendengar "Islam Indonesia". Bagi saya "Islam Indonesia" memili aura yang begitu "magis". Minggu ini saya agak kalang kabut tiada duanya, setelah beberapa Rekan sesama muslim dari negara lain, kali ini Pakistan, iran, Turki dan Egypt menanyakan tentang keabsahan video 7 menit shalat tarawih. Oh iya saya sedang Study di Australia, tepatnya di Adelaide. 

Saya muslim, dan tanpa malu mengakui jika pengetahuan tentang Islam saya agak terbatas "unless" membuka kembali Alquran dan terjemahannya, karena bagi saya Alquran Nur karim adalah seluas-luasnya ladang ilmu, melebihi "mesin pencari Google" kalo saya bisa mengatakan demikian. Saya lebih suka menggunakan terjemahan yang berbahasa Inggris ketimbang yang memiliki terjemahan bahasa Indonesia, bukan mau sok-sok'an or ke bule-bulean dan tak cinta Indonesia, akan tetapi saya lebih paham yang berbahasa Inggris, walaupun saya orang Indonesia dan pastinya lebih dari sekedar memahami bahasa Indonesia, namun terjemahan Alquran yang berbahasa indonesia sangat membingungkan dan berbelit-belit. Anyway, ini bukan inti permasalahan yang ingin saya bagi, karena masalah tafsir Inggris-Indonesia adalah "preferences" alias kembali ke masing-masing kita, "kita lebih suka yang mana". 


Kembali ke pokok permasalahan, beberapa rekan muslim saya dari beberapa negara muslim yang telah saya sebutkan sebelumnya menanyakan ke saya:

"Atun, apa betul seperti itu cara orang Indonesia melakukan shalat Taraweh?, kalo iya, bagaimana dengan rukun-rukun sholat? Walaupun itu sholat sunat, tapi setidaknya lengkapilah rukun sholat, karena tidak sah suatu sholat tanpa mendirikan rukun sholat yang sempurna"

Duh! Saya bagaikan ditampar  oleh 100an orang pegulat sumo yang memiliki berat badan lebih dari 100kg masing-masingnyašŸ˜­. Saya yang nyaris tak paham arah pertanyaan itu bingung, maklumlah saya sibuk di Office setiap hari dari pagi kadang pulang malam, dan tak memiliki waktu luang, pun weekend saya tetap harus berpusing-pusing memikirkan disertasi yang tak kunjung rampung, manalagi ditambah perasaan mengharu biru rindu tanah air, keluarga yang jauh di seberang benua, apalagi masalah $ "dollar" yang kian hari kian "minim" di rekening (hehehehe, maaf jadi curhat, nasib.... Nasib....). Next!! 

Saya meminta penjelasan lebih lanjut atas pertanyaan mereka: "What is the meaning of your question, please tell me more about it, I am kind Of getting lost".

Salah seorang rekan muslim Pakistan mengirimkan Link video tentang Shalat Taraweh 7 menit yang ditayangkan oleh metro TV, barangkali Anda semua sudah menyaksikan video berdurasi kurang dari 10
Menit itu? Sekedar informasi tambahan tentang rekan saya itu, beliau sangat beriman dan pengetahuan keislaman beliau bisa diacungkan jempol, beliau asal Peshawar, perbatasan antara Pakistan dan Afghanistan, di daerah itu para demonstran anti Pemerintah Pakistan yang dikenakan dengan istilah "Taliban" berpusat, mereka menginginkan pendirian sarekat Islam untuk landasan negara Pakistan, intinya muslim radikal. Saya sertakan capture conversation kami. 

Saya menjawab saya belum nonton video itu, nantilah setelah saya tonton saya akan komentari. Wow!! Betapa terkejutnya saya, antara terpesona dan sedih setelah menyaksikan video tersebut. Saya bingung mau jawab apa? Sebagai muslim (yang tidak tau banyak tentang Islam), saya sadar jika shalat itu "bukan unik" seperti caption Metro TV, tapi ada yang salah (again, saya tidak 'terlalu' berani mengomentari tanpa landasan yang kuat, mungkin ada yang bisa men'support saya dengan alhadits?).


Rekan saya bertanya lagi, "what's wrong with Indonesians?"

Duuuh! Sekali lagi saya ditampar, kali ini bukan oleh 100 orang pegulat sumo berberat badan 100Kg, tetapi oleh 1000 ekor kingkong berberat 200kg per ekor. Duh! Duh! Saya sadar saya hanyalah seorang "Muziatun" seorang mahasiswa penerima beasiswa untuk melanjutkan studi di negara ini, tapi saya sangat paham kalo saya yang bukanlah siapa-siapa ini adalah seorang representative "bangsa Indonesia", dan bukan itu saja, saya adalah representative "muslim Indonesia". "Saya harus menjawab pertanyaan ini dengan bijak, karena di 'kalimat' sayalah martabat bangsa dan derajat muslim di negara saya dipertaruhkan", batin saya berkonspirasi.

"Bare In mind that My country is very diverse" Mulut saya berujar begitu saja tanpa saya sadari. 

"Indonesia adalah negara yang majemuk, beragam suku bangsa, adat istiadat. Video yang kalian tonton adalah tradisi di salah satu daerah. Dan tidak cukup representatif keseluruhan muslim Indonesia. Saya dari daerah Gorontalo, Taraweh kami tidak seperti itu"Lanjut saya. 

"Ah!! Semoga saja mereka tidak bertanya lagi tentang sah dan tidak sahnya shalat Taraweh itu, saya harus bertemu ulama dulu!!!" Batin saya lagi! 

Si muslim adalah Egypt langsung membacakan hadits, saya tak ingat pastinya hadits tersebut tentang akan ada perpecahan di kalangan muslim akibat perbedaan-perbedaan tertentu. 

"Jeez, terbantulah saya" kata hati berkata! 

Poin saya adalah berbeda itu indah, tetapi ketika "core" alias hal yang paling mendasar berbeda, apakah itu masih bisa dikatakan indah? Tapi siapa yang dipersalahkan? Apakah kita harus menyalakan keberagaman kita? 

Kemaren seorang mahasiswi saya mengomentari foto saya yang sedang mengenakan mukena. Foto itu saya ambil sesaat setelah saya selesai sholat zuhur di Office. Berhubung saya Share office dengan beberapa officemates, saya harus sholat di dalam office dihadapan rekan-rekan officemates yang berasal negara yang berbeda background, ada si cantik Yingna yang Chinese, ada si jangkung Siva yang Indian Malaysian, ada si langsing Jennifer yang American, ada si Pintar Bree, si modis Megan, dan si Tomboy Alicia yang Australian, si baik hati Matteo yang Italian, dan si pendiam Lie Vietnamese. 


Saya jawab: "Tidak juga, para officemates saya justru penasaran dengan mukena saya, dengan ajadah saya, dengan sholat saya, De ban puasa saya, tentang konsep poligami dalam Islam, tentang konsep Halal. Mereka mau tau tentang semua"

Bagi saya selama mereka tidak paham, itu tak jadi soal. Karena memang mereka belum paham dan butuh pemahaman. Tetapi jika mereka telah tau namun tidak mengindahkan pengetahuan mereka itu. Nah.... That's The main problem. Selamat merenung muslim Indonesia. Islam indonesia versus Islam di Indonesia. 


No comments: