Friday, November 07, 2014

Akhir Sebuah penantian

Akhirnya runtuh juga Gunung yang tinggi menjulang itu, entah karena kecapean atas keponggahannya selama ini akibat ketegaran yang sudah memasuki ambang kritis. Tapi inti dari semuanya adalah takdir. Takdir Tuhan jualah yang menyebabkan kekukuhan dan kekokohan Gunung itu ambruk. Mungkin ia sadar jikalau tak sanggup meneruskan segalanya lagi. Lebih baik berakhir disini daripada lanjut namun batin tak kuasa menahan. Entah apa pendapat"nya. Aku tak mau ambil pusing. Jika ini memang yang terbaik, maka terjadilah. Walau semuanya bukan mau aku, kuasa Tuhan berkehendak lain. 

Selamat jalan kenangan. Pergilah berlabuh jauh dipelataran hatiku yang terdalam. Kelak jika air pasang, engkau akan naik kepermukaan ingatanku untuk memberi warna kelam di keseharianku di masa datang. Atau kata siapa berwarna kelam? Bisa jadi engkau berwarna terang diantarkan kesuraman sekarangku? Satu yang pasti, kesempatan mencintai dan dicintai pada sebuah pertemuan adalah anugerah. Mengenalmu telah menjadi sebuah chapter yang tertulis dengan tinta emas di hidupku.

Pergilah kisah kita! Engkau telah bermetamorfosis menjadi huruf-huruf di beberapa penggalan kalimat disini dan di dalam hati! Aku tau engkau pun pahami itu. Namun tolong, berlalulah dengan cepat agar jika engkau meninggalkan sakit, sakitnya aku berlalu dengan cepat pula. 


No comments: